Apakah Jodoh itu Harus Menikah, Jika Sudah Menikah Apakah Pasti Jodoh?
Dalam penulisan ini, penulis mengutip dari podcast Dr. Fakhruddin Faiz ketika dihadapi dengan dua pertanyaan. Namun, tulisan ini penulis parafrase dalam rangka menghindari tindak plagiat. Dua pertanyaan yang dihadapi olehnya sebagai berikut:
1. Jika Sudah Menikah Apakah Pasti Jodoh?
Jawabannya belum tentu, karena hal itu berada di luar kemampuan kita sepenuhnya. Jodoh, itu tetap perlu dicari dan diikhtiarkan. Jika tidak di cari itu sama saja kita mengabaikan jodoh yang artinya kita tidak akan menemukan jodoh.
2. Apakah Jodoh Harus Menikah?
Jika kita merasa cocok dengan jodoh kita, maka sebaiknya kita berusaha untuk menikah. Namun, jika hal itu tidak terjadi, maka itu di luar kuasa kita dan sepenuhnya merupakan kehendak Allah. Oleh karena itu, cara berpikir kita harus seperti ini, karena hanya Allah yang mengetahui siapa jodoh kita, berapa lama kita akan bersama, dan bagaimana jalannya.
Ketika sudah menikah lalu tampak adanya ketidakcocokan, sebaiknya diikhtiarkan kembali dengan melihat dari berbagai sudut pandang. Sering kali kita berharap pasangan yang benar-benar sama dengan diri kita, padahal justru perbedaan itulah yang membuat kita tumbuh dan berkembang. Misalnya, saat pasangan terlihat cerewet, dari situlah kita bisa belajar banyak hal yang bermanfaat bagi diri kita.
Orang yang sering mengeluh dengan berkata, umpama “pasanganku tidak begini atau tidak begitu” biasanya dia yang berbicara demikian itu terlalu banyak menuntut, sehingga ego-nya menjadi dominan dan lupa bahwa pasangannya juga manusia yang memiliki keinginan dan keterbatasan. Dalam pernikahan, kita perlu menyadari bahwa tidak ada yang sempurna. Justru perbedaan dan ketidaksamaan itulah yang membuat kita bisa saling melengkapi, hingga akhirnya tercipta kesempurnaan dan keutuhan dalam rumah tangga.
Memilih pada dasarnya adalah bagian dari ego, dan itu hal yang wajar serta manusiawi. Namun, jangan sampai pilihan itu membuat kita menjadi picik atau terlalu idealis. Memang menjadi pribadi yang memilih itu manusiawi, hal ini baik. Apabila menjadi pribadi yang pemilih itu malah buruk (tidak baik).
Diceritakan, dahulu kala, Socrates senang berdiskusi dan berbincang tentang hal-hal yang berkaitan dengan filosof. Namun, kebiasaan itu membuat istrinya jengkel hingga suatu ketika ia menyiram Socrates dengan air. Alih-alih marah, Socrates justru tersenyum dan berkata bahwa tanpa pengalaman seperti ini, pikiran kita tidak akan bisa jernih dan wawasan tidak akan bertambah. Inilah cara Socrates menyikapi sikap istrinya, dengan sudut pandang yang berbeda.
Menjadi Pribadi Yang Memilih Itu Baik, Menjadi Pribadi Pemilih Itu Malah Tidak Baik
Ungkapan tersebut dapat kita pahami dari ceritanya Plato yang sedang berbincang-bincang dengan gurunya (Socrates) perihal cinta, inilah ceritanya:
Suatu ketika Plato bertanya kepada gurunya, “Guru, apa itu cinta?” Socrates menjawab, “Coba kamu masuk ke kebun bunga itu, lalu ambil setangkai bunga yang paling kamu sukai.” Plato pun masuk ke kebun bunga, melihat bunga yang indah, lalu segera memetiknya. “Guru, ini bunga yang paling indah,” ungkapnya. Socrates pun menjawab, “Itulah cinta.”
Kemudian Plato bertanya lagi, “Kalau menikah itu bagaimana, Guru?” Socrates menjawab, “Kalau begitu, coba masuk lagi ke kebun itu, lalu carilah bunga yang lebih baik.” Plato pun kembali masuk. Ia melihat bunga yang lebih bagus dari sebelumnya, namun ia berpikir, “Mungkin di depan ada bunga yang lebih indah lagi.” Ia terus berjalan dengan pikiran yang sama, sampai akhirnya kebun itu habis tanpa ia membawa bunga satu pun. Socrates pun berkata, “Begitulah pernikahan. Banyak orang terlalu sibuk mencari yang paling baik, sehingga akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Terlalu pemilih justru bisa membuat orang kehilangan kesempatan.”
Dari kisah ini, kita belajar bahwa memilih itu memang penting, tetapi menjadi terlalu pemilih justru merugikan. Dalam agama pun, kita diberi standar minimal dalam memilih pasangan, bukan standar maksimal. Yang terpenting adalah meyakini bahwa jodoh pasti ada, dan jangan sampai terlalu banyak pertimbangan membuat kita melewatkannya.
Bagaimana Rahasia di Balik Jodoh?
Jodoh sudah ditetapkan oleh Allah, meskipun kita tidak tahu siapa yang menjadi pilihan-Nya untuk kita. Karena itu, ikhtiar dalam mencari jodoh tetap penting. Jika kita tidak berusaha, dikhawatirkan kita dianggap abai dan tidak serius terhadap sesuatu yang begitu serius. Sampai-sampai Rasulullah pun menegaskannya sebagai bagian dari sunnah. Maka dari itu, mari berusaha mencari jodoh yang baik, lalu pasrahkan hasilnya kepada Allah.